Macan Tutul Jawa dan Macan Kumbang di Pegunungan Sanggabuana Terekam Kamera
- account_circle Brillian SP
- calendar_month Senin, 15 Sep 2025
- visibility 14
TEGALWARU, LENSAIND.COM – Enam bulan setelah survei dimulai, ribuan foto dan video berhasil dikumpulkan dari kamera jebak yang dipasang di Pegunungan Sanggabuana, Jawa Barat.
Hasilnya sangat menggembirakan, ratusan di antaranya merekam keberadaan macan tutul jawa dan macan kumbang (Panthera pardus melas), karnivora besar terakhir di Pulau Jawa.
Survei yang diberi nama Sanggabuana Javan Leopard Survey (SJLS) ini digagas oleh KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, M.Sc. pada 18 Februari 2025. Tim ekspedisi ini terdiri dari prajurit Menlatpus Kostrad Sanggabuana, Sanggabuana Wildlife Ranger, Polhut Perum Perhutani, dan anggota Polri dari Polsek Tegalwaru, Polres Karawang. Mereka bertugas melakukan survei populasi dan preferensi pakan macan tutul jawa.
Pada Agustus 2025, tim ekspedisi kembali ke hutan untuk memindahkan dan mengambil data dari puluhan kamera jebak. Data yang terkumpul menunjukkan hasil yang melampaui ekspektasi. Dari 40 unit kamera yang disebar, berhasil diidentifikasi sebanyak 19 individu macan tutul jawa.
Macan Tutul dengan Pola Unik
Bernard T. Wahyu Wiryanta, peneliti dan fotografer satwa liar yang juga pemimpin tim SJLS, menjelaskan bahwa identifikasi individu macan tutul dilakukan dengan menganalisis pola tutulnya yang unik, serupa dengan sidik jari manusia.
Dari 19 individu yang teridentifikasi, 14 di antaranya adalah macan tutul berpola tutul (kuning) dan 5 lainnya adalah macan tutul melanistik atau macan kumbang (hitam). Jumlah ini terdiri dari 17 macan dewasa dan 2 anak macan.
“Secara umum, ada 11 betina dan 3 jantan macan tutul, serta 3 betina dan 2 jantan macan kumbang,” jelas Bernard dalam
rilis yang diterima pada Senin (15/9/2025).
Momen Langka Induk dan Anaknya Terekam
Salah satu temuan yang paling menggembirakan adalah rekaman dari satu kamera jebak yang menangkap momen seekor induk macan kumbang berjalan bersama dua anaknya. Menariknya, kedua anak macan tersebut memiliki pola warna yang berbeda: satu berpola tutul dan satu lagi berpola kumbang.
Menurut Bernard, secara teori, keturunan dari perkawinan macan tutul dan macan kumbang bisa menghasilkan anak dengan pola tutul, pola kumbang, atau bahkan keduanya. Temuan di Sanggabuana ini membuktikan teori tersebut.
Keanekaragaman Hayati Terjaga
Selain merekam macan tutul, kamera jebak juga berhasil mengabadikan berbagai satwa liar lain, termasuk satwa langka dilindungi seperti elang jawa, elang brontok, kucing hutan, kancil, kijang, lutung jawa, surili, landak, dan trenggiling.
“Data ini juga mencakup preferensi satwa mangsa dan potensi ancaman terhadap keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana. Ini akan menjadi data penting untuk menentukan program kerja pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati di masa depan,” tambah Bernard.
Komitmen TNI AD untuk Lingkungan
KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak menyambut baik hasil survei ini. Ia menegaskan bahwa upaya ini merupakan bentuk nyata komitmen TNI AD dalam melestarikan alam, sejalan dengan program unggulan “Bersatu Dengan Alam.”
“Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keanekaragaman hayati demi kelangsungan hidup generasi mendatang,” ujar Kasad. “TNI AD akan terus mendukung kegiatan pelestarian hutan lindung seperti ini.”
Hasil ekspedisi ini diharapkan dapat mempercepat proses penetapan Pegunungan Sanggabuana sebagai kawasan konservasi, sekaligus menegaskan komitmen TNI AD untuk menjaga kedaulatan negara dan melestarikan lingkungan bagi generasi mendatang. (Ads)

Dok. Istimewa
- Penulis: Brillian SP
- Editor: Yuda Febrian Silitonga